Kepercayaan orang barat bahwa musik terutama mozart dapat meningkatkan
kecerdasan sudah diyakini sejak tahuan 1950-an, mitos ini kemudian diteliti
secara lebih serius pada tahun 1990-an. 36 pelajar dalam sebuah kajian di
University of California di Irvine mendengar 10 minit sonata Mozart sebelum
mengambil ujian IQ. Menurut Dr Gordon Shaw, psikologi yang bertanggung jawab
atas kajian ini, skor IQ pelajar naik sekitar 8 mata akibat dirangsang oleh
alunan ajaib musik Mozart, sejak itulah istilah "Mozart effect"
lahir.
Namun setelah bertahun-tahun, orang mulai ragu akan
kesahihan dari 'Mozart effect' ini dan penelitian tandingan yang menghasilkan
kesimpulan kontradiktif dengan kesimpulan diatas sudah dilakukan. Beberapa
penyelidik dari University of Vienna, Austria yakni Jakob Pietschnig, Martin
Voracek dan Anton K. Formann dalam penyelidikan mereka yang diberi judul
"Mozart Effect" mengemukakan kesalahan besar dari hasil kajian musik
yang melegenda ini. Pietschnig dan kawan-kawannya mengumpulkan semua pendapat
dan penemuan para ahli berkaitan kesan musik Mozart terhadap tingkat
intelegensi seseorang. Mereka membuat penyelidikan yang melibatkan 3000
partisipator, hasil penelitiannya adalah; 'tidak ada stimulus atau sesuatu yang
mendorong peningkatan kemampuan inteligensi seseorang setelah mendengar musik
Mozart'.
Tim penyelidik dari Jerman yang terdiri daripada saintis,
ahli psikologi, ahli falsafah, pendidik, dan ahli musik juga mengadakan
penelitian serupa, mereka mengumpulkan berbagai literatur dan fakta mengenai
kesan mozart ini. Dan hasil penelitiannya; 'Sangat tidak mungkin mozart bisa
membuat seorang anak menjadi genius'.
Howstuffwork sebuah halaman web yang terkenal memaparkan
bahawa musik klasik seperti karya mozart tidak akan membuat seseorang lebih
bijak. Dalam situsnya, masalah ini dimasukkan sebagai salah satu point dalam
artikel yang bertajuk; '10 mitos tentang otak.'
Bahkan Dr Frances Rauscher, seorang penyelidik yang terlibat
dalam kajian di University California di Irvine-yang melahirkan istilah
"Mozart Efect" yang telah menjadi kontroversi dalam community
saintifik ini juga menyatakan bahwa mereka tidak pernah mendakwa itu
benar-benar membuat orang pintar, tetapi hanya meningkatkan prestasi pada
tugas-tugas spasial-temporal tertentu.
Sekarang kita mengetahui bahawa musik Mozart -dan sebenarnya
semua musik yang mempunyai alunan nada yang menenangkan (kecuali musik dangdut
sepertinya-red)- hanya diyakini dapat menimbulkan kesan psikologi seperti
gairah, tenang atau damai. Dan keadaan psikologi ini memang positif dalam
merangsang pertumbuhan sel otak. Psikolog Rose Mini menambah bahawa yang paling
penting bukan musiknya, namun ketenangan yang didapati oleh seorang ibu yang
kemudian disebarkan kepada si bayi sejak dalam kandungan.
Lise Eliot, Ph.D, pakar biologi dan anatomi sel Chicago
Medical School AS, mengatakan, perkembangan struktur otak bayi lebih
dipengaruhi; pola diet, gaya hidup dan keadaan emosi ibu hamil. Kesan musik
memang diakui sebagai stimulus psikologi / emosi yang baik.
Jadi musik diakui meningkatkan kecerdasan, namun secara
tidak langsung yaitu dengan kesannya yang menenangkan sehingga syarat psikologi
dan emosional sang ibu memenuhi syarat untuk mewujudkan suasana dan
persekitaran rahim yang kondusif untuk pembangunan dan pertumbuhan otak sang
janin. Stimulan serupa juga didapati pada Al-Quran, dipercayai juga bahawa
Al-Quran membawa pengaruh-pengaruh positif lain yang luar biasa disebabkan oleh
sumber Al-Quran yang ilahiah, dan juga berdasarkan banyaknya kesaksian
orang-orang yang merasakan pengaruh Al-Quran secara langsung atau tak langsung.
Keyakinan ini terus diusahakan diteliti sehingga dapat dijelaskan lebih baik
dalam ranah ilmiah.
Sudah diteliti dan didapati fakta bahawa memperdengarkan
Al-Quran kepada bayi akan meningkatkan tahap inteligensia bayi. Dr. Nurhayati
dari Malaysia mengemukakan hasil kajian ini dalam sebuah seminar kaunseling dan
psikoterapi Islam.
Setiap suara atau sumber-sumber bunyi mempunyai frekuensi
dan panjang gelombang tertentu. Dan ternyata, bacaan Al-Quran yang dibaca
dengan tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid mempunyai frekuensi dan
panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan
keseimbangan dalam tubuh.
Bacaan Al-Quran mempunyai kesan yang sangat baik untuk
tubuh, seperti; memberikan kesan menenangkan, meningkatkan kreativitas,
meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan
berbagai penyakit, mewujudkan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf
otak, meredakan kegelisahan, mengatasi rasa takut , memperkuatkan keperibadian,
meningkatkan kemampuan berbahasa, dan lain sebagainya.
Kalau musik klasik disimpulkan boleh mempengaruhi kecerdasan
melalui pengaruh positifnya terhadap stimulan psikologi dengan ke-berkesan-an
sebanyak 65% maka seharusnya Al-Quran yang merupakan Kalamullah bisa lebih baik
lagi. Al-Quran tetaplah obat dan terapi serta stimulan yang terbaik.
Ibu yang cerdas menganggap bahwa rahimnya adalah ruang kelas
pertama bagi anaknya, bukan hanya sekadar ruang tunggu bagi janin sampai ia
siap dilahirkan ke dunia ini. Para ahli menyatakan bahwa keadaan kejiwaan sang
ibu juga sangat mempengaruhi watak dan kecerdasan bayinya. Dalam keadaan stress
tubuh sang ibu akan menghasilkan hormon kortisol dalam jumlah berlebihan
sehingga ini akan mencetuskan tekanan darah meninggi, dada terasa sesak, dan
emosi menjadi tidak stabil. Hormon kortisol ini boleh merebak ke bayi melalui
plasenta sehingga mempengaruhi pembuluh darah sang janin, akibatnya sang
janinpun ikutan stress. Bila ini terjadi terus-menerus boleh menyebabkan si
anak kelak menjadi orang yang mudah stress. Inilah pentingnya ibu yang sedang
hamil memperbanyak berdzikir, sebab manfaat berzikir yang pertama adalah
mencipta ketenangan batin, dan zikir yang paling utama adalah menghafal,
membaca, dan mempelajari Al-Quran Al-Kariim..
No comments:
Post a Comment