Berbekal otak yang encer, al-Khazini menjelma menjadi
seorang ilmuwan berpengaruh. Ia menjadi seorang matematikus terpandang yang
langsung berada di bawah perlindungan, Sultan Ahmed Sanjar, penguasa Dinasti Seljuk. Sayangnya, kisah dan
perjalanan hidup al-Khazini tak banyak terekam dalam buku-buku sejarah.
Salah Zaimeche PhD (2005) dalam bukunya berjudul Merv
menuturkan, al-Khazini adalah seorang ilmuwan yang bersahaja. Meski
kepandaiannya sangat dikagumi dan berpengaruh, ia tak silau dengan kekayaan.
Menurut Zaimeche, al-Khazini sempat menolak dan mengembalikan hadiah sebesar
1.000 keping emas (dinar) dari seorang istri Emir Seljuk.
”Ia hanya merasa cukup dengan uang tiga dinar dalam
setahun,” papar Zaimeche.
Para sejarawan sains mengungkapkan, pemikiran-pemikiran
al-Khazini sangat dipengaruhi oleh sejumlah ilmuwan besar seperti Aristoteles,
Archimedes, Al-Quhi, Ibnu Haitham atau
Alhacen, al-Biruni serta Omar Khayyam. Selain itu, pemikiran al-Khazini juga
sangat berpengaruh bagi pengembangan sains di dunia Barat dan Islam. Salah satu
ilmuwan Barat yang banyak terpengaruh al-Khazini adalah Gregory Choniades –
astronom Yunani yang meninggal pada abad ke-13 M.
Kontribusi yang diwariskan al-Khazini dalam bidang fisika
adalah kitab Mizan al-Hikmah atau Balance of Wisdom. Buku yang ditulisnya pada 1121 M itu mengungkapkan bagian penting
fisika Islam. Dalam buku itu, al-Khazini menjelaskan sacara detail pemikiran
dan teori yang diciptakannya tentang keseimbangan hidrostatika, konstruksi dan
kegunaan, serta teori statika atau ilmu keseimbangan dan hidrostatika.
Buku itu dinilai Nasr sebagai sebuah karya ilmiah Muslim
yang paling esensial tentang mekanika dan hidrostatika, dan terutama studi
mengenai pusat gravitasi. Dalam buku itu pula, al-Khazini mengupas prinsip
keseimbangan hidrostatis dengan tingkat ketelitian obyek sampai ukuran
mikrogram (10-6 gr), suatu level ketelitian yang menurut K Ajram dalam The Miracle of Islamic Science hanya tercapai pada abad ke 20 M.
No comments:
Post a Comment